Coto Makassar Paling Melegenda di Jakarta: Rahasia Cita Rasa Favorit Jusuf Kalla hingga Artis Top

Warung Coto yang Bertahan Setengah Abad dan Tak Pernah Sepi
Di tengah hiruk-pikuk kota Jakarta, terselip sebuah warung sederhana yang menyimpan kisah panjang dan cita rasa otentik: Coto Makassar Syamsul Daeng Ngawing. Siapa sangka, warung yang berdiri sejak tahun 1970-an ini masih berdiri kokoh hingga sekarang dan tetap menjadi primadona para pecinta kuliner khas Sulawesi Selatan.
Tak sedikit yang datang jauh-jauh hanya untuk mencicipi semangkuk coto legendaris ini. Mulai dari masyarakat biasa hingga nama-nama besar seperti Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden RI, bahkan para selebriti ternama.
Lantas, apa sebenarnya yang membuat warung coto ini begitu spesial? Mari kita selami lebih dalam cerita kuliner yang satu ini.
Berawal dari Pikulan, Kini Jadi Ikon Kuliner Jakarta
Tak ada kesuksesan yang datang seketika. Begitu juga dengan kisah coto Makassar milik Daeng Syamsul dan istrinya, Nurhayati. Pada awalnya, mereka hanya menjual coto secara keliling menggunakan pikulan di Makassar, Sulawesi Selatan. Bayangkan, di tahun 1970-an, semangkuk coto hanya di jual seharga Rp 1.500 saja!
Namun, dengan semangat dan konsistensi menjaga rasa, pasangan ini kemudian memutuskan hijrah ke ibu kota. Dari Makassar ke Jakarta Utara, dan akhirnya menetap di kawasan Senen, Jakarta Pusat pada tahun 2003.
Menurut Syawal, sang penerus sekaligus penanggung jawab warung saat ini, keputusan pindah ke Jakarta membawa keberuntungan tersendiri. Meski lokasinya ‘nyempil’ di antara warung nasi Kapau, nyatanya coto mereka justru jadi buruan banyak orang.
Kompor Tak Pernah Padam, Kuah Coto Selalu Siap
Apa rahasianya hingga kuah cotonya begitu menggoda? Ternyata, kompor di dapur warung ini menyala selama 24 jam penuh, tanpa pernah di matikan. Proses ini bukan tanpa alasan. Menjaga api tetap hidup adalah kunci untuk mempertahankan rasa kuah yang kaya dan konsisten dari waktu ke waktu.
Hal ini tentu berdampak pada tekstur dan aroma kuah yang selalu hangat, harum, serta menggugah selera. Bahkan pengunjung yang baru turun dari kendaraan bisa langsung mencium wangi khas coto yang memikat.
Untuk satu porsinya, kamu hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 30.000. Seporsi coto di sajikan dalam mangkuk kecil berdiameter 12 cm, lengkap dengan potongan daging dan jeroan yang melimpah. Kuahnya di sajikan hambar, agar pengunjung bisa menyesuaikan sendiri dengan tambahan garam atau sambal sesuai selera.
Daging Royal, Sambal Tauco Jadi Pembeda
Salah satu alasan mengapa banyak orang terus datang kembali ke warung ini adalah karena porsi dagingnya benar-benar royal. Mulai dari potongan daging sapi, paru, babat, usus, hingga lidah—semuanya di sajikan tanpa pelit.
Lebih dari itu, yang membuat cita rasa semakin unik adalah kehadiran sambal tauco. Sambal ini berbahan dasar kacang kedelai fermentasi yang memberikan sensasi pedas, asam, dan gurih dalam satu suapan.
Tak cukup sampai di situ, kamu bisa menambah kenikmatan dengan buras atau ketupat yang sudah di sediakan di setiap meja. Makanan pelengkap ini hanya di banderol Rp 4.000 per buah, begitu pula dengan camilan seperti jalangkote dan bakwan.
Bisa di katakan, menyantap coto di sini tidak hanya soal rasa, tapi juga pengalaman kuliner yang lengkap.
Undangan ke Istana Negara: Bukti Cita Rasa Kelas Tinggi
Bukan sekadar tempat makan biasa, warung coto ini pernah mendapat kehormatan luar biasa. Pada tahun 2015, Jusuf Kalla, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI, mengundang langsung warung ini untuk menyajikan coto di Istana Wakil Presiden.
Undangan tersebut bukan sembarang jamuan, melainkan bagian dari acara kenegaraan yang dihadiri oleh tamu-tamu penting. Bayangkan, semangkuk coto dari warung kecil di Senen bisa hadir di meja makan orang nomor dua di Indonesia!
Syawal menceritakan bahwa Syamsul sempat mengabadikan momen langka ini dalam sebuah foto bersama Jusuf Kalla. Menariknya, foto tersebut kini terpajang dengan bangga di dinding warung—menjadi saksi sejarah manis dari perjalanan mereka.
Jadi Favorit Selebriti: Dari Denny Sumargo hingga Nex Carlos
Bukan cuma pejabat negara, deretan artis dan influencer kuliner ternama juga telah merasakan nikmatnya coto Makassar di warung ini. Salah satu pelanggan setia adalah Denny Sumargo, yang dikenal sebagai aktor sekaligus mantan pebasket nasional.
Selain Denny, nama-nama seperti Ayu Ting Ting, Anwar Sanjaya, hingga food vlogger populer seperti Nex Carlos pun telah mampir. Bahkan tak jarang, mereka mempromosikan warung ini secara cuma-cuma lewat media sosial mereka.
Bisa dibilang, coto Makassar ini tak hanya berhasil menembus perut banyak orang, tapi juga berhasil menembus hati para selebriti yang terkenal selektif dalam urusan makanan.
Lebih dari Sekadar Kuliner: Simbol Budaya Makassar di Ibu Kota
Tak bisa di mungkiri, keberadaan warung ini bukan sekadar pelengkap deretan kuliner di Jakarta. Lebih dari itu, coto Makassar Syamsul Daeng Ngawing menjadi simbol hidup dari budaya Bugis-Makassar yang dibawa jauh dari tanah asalnya.
Dengan mempertahankan resep keluarga, racikan bumbu khas, hingga cara penyajian tradisional, warung ini seakan membawa sepotong Sulawesi Selatan ke jantung ibu kota. Setiap sendok coto bukan cuma mengisi perut, tapi juga mengingatkan akan kampung halaman.
Bagi para perantau dari Makassar, warung ini kerap menjadi tempat melepas rindu, tempat bercerita, bahkan tempat mengenang masa kecil. Tak heran jika pengunjung setia datang kembali, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu.
Strategi Bertahan di Tengah Gempuran Kuliner Modern
Di era saat makanan viral mudah muncul dan tenggelam, warung ini tetap kokoh berdiri. Salah satu kunci suksesnya adalah konsistensi rasa dan pelayanan.
Mereka tidak tergoda untuk mengubah resep demi mengikuti tren. Justru, mereka menjaga agar rasa dan kualitas tetap sama seperti dulu. Ini terbukti efektif karena pelanggan datang bukan hanya karena lapar, tapi juga karena rasa percaya.
Bahkan dalam kondisi ekonomi yang sulit sekalipun, warung ini tetap mempertahankan harga yang relatif terjangkau dan kualitas yang tidak menurun. Ini menjadi pembeda nyata dari banyak tempat makan lain yang hanya mengejar profit semata.
Baca Juga : Makan Puas Pizza Sourdough & Pasta AYCE di Kelapa Gading, Cuma Rp 88 Ribu!
Pengalaman Kuliner yang Tak Sekadar Makan
Menyantap coto di sini adalah sebuah pengalaman. Mulai dari suasana warung yang hangat, aroma kuah yang menguar, hingga senyum ramah pelayan yang menyapa.
Tak sedikit yang datang hanya untuk makan, lalu berlama-lama mengobrol sambil menyesap teh hangat. Ada rasa ‘rumah’ yang tak bisa dibeli di tempat lain. Mungkin inilah alasan mengapa coto Makassar di sini selalu berhasil menyentuh lebih dari sekadar lidah—ia menyentuh hati.
Coto Makassar Ini Bukan Sekadar Makanan, Tapi Warisan Rasa
Kini, di usia lebih dari 50 tahun, warung Coto Makassar Syamsul Daeng Ngawing bukan hanya menjual makanan. Ia menjual nostalgia, kehangatan, dan rasa hormat terhadap warisan budaya.
Warung ini bukan sekadar tempat makan, tapi sudah menjadi bagian dari sejarah kuliner Indonesia. Dan siapa tahu, suatu saat nanti, semangkuk coto panas di warung kecil ini bisa kembali hadir di istana negara—mewakili kelezatan khas nusantara yang tak lekang waktu.