ESA Restaurant Jakarta: Kuliner Khas Betawi Rasa Fine Dining yang Berkelas

Di tengah hiruk-pikuk kawasan SCBD Jakarta, berdiri sebuah restoran yang mengusung semangat tradisi dengan tampilan mewah nan elegan. Namanya ESA Restaurant, tempat makan yang kini jadi buah bibir para penikmat kuliner ibu kota. Menggabungkan makanan khas Jakarta dengan pendekatan fine dining, ESA menawarkan pengalaman bersantap yang tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga mata dan hati.
Pengalaman Fine Dining Penuh Cita Rasa Lokal
Tidak semua restoran fine dining berani mengambil langkah berani seperti ESA. Berlokasi di dalam SCBD Park Lot 7A3, Jakarta Selatan, ESA mengusung konsep kuliner tradisional Indonesia—terutama dari Jakarta—yang di kemas dalam gaya presentasi modern. Hasilnya adalah interpretasi menu yang unik, penuh inovasi, dan tetap mempertahankan rasa otentik.
Pada tahun 2025, ESA berhasil meraih penghargaan dari PRESTIGE Gourmet Awards sebagai salah satu dari 30 Restoran Terbaik di Indonesia. Tidak hanya itu, mereka juga masuk ke dalam kategori Gold, mengalahkan banyak pesaing yang lebih dulu hadir di dunia kuliner ibu kota. Ini membuktikan bahwa konsep mereka di terima dengan sangat baik oleh publik maupun kritikus makanan.
Filosofi “ESA” dan Kolaborasi di Balik Dapur
Nama ESA di ambil dari bahasa Sanskerta yang berarti “satu” atau “tunggal”. Maknanya mendalam, mencerminkan cita-cita restoran ini untuk menyatukan nilai-nilai budaya, rasa, dan estetika dalam satu piring makanan.
ESA adalah buah hasil kolaborasi tiga sosok hebat di dunia kuliner Indonesia: Kevindra Soemantri, Jessica Eveline, dan Chef Aditya Muskita. Ketiganya membawa perspektif unik yang saling melengkapi. Menurut Kevindra, ESA bukan sekadar tempat makan, melainkan panggung cerita—tempat makanan berbicara tentang masa lalu, sekarang, dan masa depan Jakarta.
Menu Pembuka: Menggugah Memori Lewat Rasa
Begitu kamu duduk dan menikmati suasana galeri artistik yang jadi interior ESA, sajian pertama langsung membawa pulang memori masa kecil. Menu pembuka seperti Corn & Cocoa terinspirasi dari camilan lawas stik jagung Momogi, namun di tampilkan dengan cara modern nan artistik.
Tidak hanya itu, Kaastengels di sulap menjadi kudapan elegan yang tampil seperti biskuit gourmet. Namun ketika di gigit, rasa khas kue lebaran yang familiar langsung muncul di mulut. Camilan legendaris Tahu Gejrot pun tak luput dari sentuhan ESA. Dengan plating mewah dan rasa yang di tingkatkan, jajanan kaki lima ini berubah menjadi bintang pembuka.
Masih belum selesai, Rujak Ikan juga hadir sebagai kejutan rasa. Dengan tambahan labu dan daun kecombrang, rasa asam segar dengan semburat pedas menjadi pembuka sempurna untuk sesi santap yang lebih dalam.
Sayur Tradisional Di tingkatkan Jadi Sajian Megah
Menu sayur di ESA benar-benar menakjubkan. Salah satunya adalah menu Pumpkin, yaitu labu kuning yang di masak bersama bumbu kari, daun kari, dan remahan rengginang. Hasilnya adalah cita rasa yang menyerupai gulai khas Minang, tapi dengan tekstur yang lebih lembut dan elegan.
Lebih lanjut, kamu akan menemukan hidangan bernama Besan, adaptasi dari Sayur Besan khas Betawi yang kini mulai sulit di temukan. Di tangan Chef Aditya, hidangan ini di ubah menjadi pemandangan yang cantik. Di hidangkan dalam cangkang kerang yang menyerupai topeng Betawi, dengan espuma dan potongan scallop gurih, pengalaman makan pun terasa seperti menikmati karya seni.
Hidangan Utama yang Mengenyangkan Sekaligus Artistik
Setelah menu sayur yang menggoda, kamu akan di ajak menyantap hidangan utama yang benar-benar memukau. Salah satunya adalah Duck Porridge, yakni bubur dari buckwheat yang di sajikan dengan potongan bebek dry aged selama 14 hari. Rasa daging bebeknya padat, gurih, dan sangat beraroma, sementara buburnya memiliki tekstur unik yang lembut.
Baca Juga : Saap Thai: Surga Boat Noodle Modern dengan Sentuhan Wagyu Juicy
Berikutnya, ada menu Steak & Rice, yaitu daging sapi empuk yang di sajikan bersama sukun dan nasi telur asin dalam balutan daun teratai. Kombinasi bahan yang mungkin tidak biasa, tetapi justru menciptakan sensasi makan yang tidak akan terlupakan.
Hidangan Penutup: Kenangan Manis yang Menghantui Lidah
Seperti makan malam di galeri seni, ESA juga menyuguhkan penutup yang mengesankan. Misalnya, menu Memories of Conpehagen berupa sherbet buah segar seperti strawberry dan leci, yang berpadu dalam paduan rasa manis-asam yang menyegarkan.
Lalu ada Ginger & Mungbeans, adaptasi dari wedang angsle, minuman khas Jawa Timur yang menghangatkan hati. Rasanya tidak hanya manis dan berempah, tapi juga menenangkan. Sebagai penutup sesi makan, ESA menyajikan Mignardises, deretan kue manis kecil yang bisa di bawa pulang. Ini seperti oleh-oleh pribadi dari pengalaman makan yang begitu personal.
Harga dan Pilihan Menu: Worth It untuk Pengalaman yang Tak Terlupakan
Setiap sesi makan di ESA di sajikan dalam format set menu—baik makan siang maupun makan malam—dengan harga mulai dari Rp 665.000++ per orang. Setiap sesi berlangsung sekitar dua jam dan terdiri dari 11 sajian dari pembuka hingga penutup. Meski terlihat premium, pengalaman yang di dapat sepadan.
Namun bila kamu tidak ingin menikmati seluruh rangkaian, ESA juga menyediakan menu a la carte seperti:
- BBQ Fish
- Ikura Tart
- Prawn Toast
- Steak modern
Harga a la carte di mulai dari Rp165.000++ dan bisa kamu pilih sesuai selera. Untuk reservasi dan melihat galeri menu lengkap, kamu dapat mengunjungi akun Instagram mereka: @esarestaurant.
ESA Restaurant: Antara Warisan Rasa dan Gaya Hidup Modern
Dalam dunia kuliner yang makin kompetitif, ESA Restaurant tampil berbeda. Ia bukan hanya restoran fine dining biasa, melainkan ruang kreatif di mana makanan khas Jakarta di olah menjadi lebih elegan tanpa menghilangkan identitasnya.
Perpaduan budaya Betawi, gaya penyajian artistik, dan rasa lokal yang di poles menjadi modern membuat ESA layak menjadi destinasi kuliner unggulan. Baik kamu pecinta fine dining, pencinta makanan tradisional, atau sekadar ingin mencoba sesuatu yang baru, ESA wajib ada di daftar kunjunganmu.